Lemkapi: 73 Tahun, Bhayangkara Makin Matang

TAK terasa, Polri akan berusia 73 tahun . Pada usia ini, Bhayangkara negara semakin matang. Di sisi lain diprediksi tugas Polri semakin berat. Harapan masyarakat terhadap Polri juga semakin tinggi. Polri harus seperti superman. Kapan masyarakat butuh,  Polri sudah hadir dengan cepat.

Secara filosofi, harapan masyarakat di seluruh dunia memang menginginkan polisi ideal. Polisi yang selalu benar. Polisi tidak boleh salah dan tindakannya tidak boleh keluar dari rambu hukum.

Menurut saya, walau itu tidak mungkin, polisi di mana-mana harus berusaha untuk melindungi dan melayani rakyatnya dengan baik. Polisi memang bukan malaikat dan selalu adil.  Polisi memang bukan dewa dan tidak pernah salah. Tapi, polisi terus berusaha melaksanakan tugasnya dengan baik. Karena rakyat selalu memimpikan polisi yang ideal tadi.

Polri pada masa kepemimpinan Jenderal Tito Karnavian, kinerjanya banyak diapresiasi masyarakat. Tingkat kepercayaan masyarakat hasil penelitian Lembaga Kajian Strategis Kepolisian Indonesia (Lemkapi) dan berbagai survai lainnya seperti Litbang Kompas berada di angka 82 persen.

Ini angka tertinggi sejak Polri lahir. Di lain pihak, kritikan dan ketidakpuasan terhadap Polri tentu saja ada. Intinya Polri diharapkan semakin baik lagi pada masa mendatang.

Menurut pandangan saya, tugas Polri ke depan semakin berat. Masalah terorisme, narkoba, konflik sosial dan hoax akan tetap menjadi fokus utama pasukan Bhayangkara negara ini.  Sejak tiga tahun terakhir, catatan Lemkapi kemampuan Polri terus diuji dalam menghadapi tugasnya.

Sesuai UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Polri, polisi memiliki tugas memelihara Harkamtibmas, pelayan, pelindung dan pengayom masyarakat. Polri juga bertugas sebagai penegak hukum. Tugas paling berat dihadapi Polri adalah tahun 2018  hingga 2019 saat Indonesia menghadapi pemilu serentak.

Ini adalah Pemilu paling panas dan paling rawan terhadap gangguan kamtibmas. Selama tahapan pemilu berlangsung berbagai dinamika politik dan demokrasi terjadi dan dampaknya seringkali menggangu kamtibmas di negeri ini. Kasus hoax yang memiliki unsur politis begitu menonjol dan muncul setiap saat dan seringkali dengan mudah mempengaruhi persepsi publik.

Rakyat seakan dibuat tidak berdaya dan dengan mudah percaya berbagai hoax yang bermunculan di sana-sini. Pemerintah dan para elit politik diserang, polisi dihina dan dicerca, kondisi ini sungguh menyesatkan dan membuat kita prihatin.

Mulai dari berita hoax penganiayaan Ratna Sarumpaet hingga beredarnya video hoax editan wawancara Kapolri dengan pasukan saat melakukan pemeriksaan pasukan bersama panglima TNI di Medan beberapa waktu lalu yang isinya memutarbalikkan pernyataan Kapolri cukup mengganggu.

Begitu juga hoax lainnya anggota Polri berpakaian dinas yang berjaga depan Bawaslu dituduh WN China dan ternyata anggota Brimob Polda Sumut cukup merepotkan.  Hoax itu dibangun untuk menyebar rasa kebencian masyarakat terhadap Polri.  Atas kondisi tersebut, Polri dibuat sibuk hadapi hoax.

PENGGUNAAN MEDSOS

Demi menjaga keamanan masyarakat dan negara, Polri harus mengklarifikasi dan juga menindak pelaku hoax. Sebab hoax ini bahaya terhadap persatuan dan kesatuan bangsa kalau dibiarkan. Dampaknya langsung mempengaruhi persepsi publik dan seringkali bisa memprovokasi massa untuk bertindak secara irasional. Sungguh membahayakan.

 Saat  terjadi kerusuhan 22 Mei di Jakarta usai KPU mengumumkan hasil pemilu, pemerintah membatasi penggunaan media sosial (medsos) jenis WA, Facebook dan Instagram. Alhamdulillah, kebijakan ini begitu ampuh, situasi keamanan negeri yang tadinya membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa kembali normal.

Di lain pihak kinerja Polri dan TNI yang siang malam mengendalikan keamanan agar situasi normal banyak diapresiasi masyarakat. Karangan bunga simpati terhadap aparat keamanan yang sudah kerja dengan baik terus mengalir dari masyrakat dan menyampaikannya ke berbagai kantor polisi dan TNI.

Masyarakat sepenuhnya sadar bahwa keamanan negara dan masyarakat adalah segalanya. Masyarakat tidak mau diadu domba. Pilihan boleh beda dan politik boleh panas pada Pilpres tetapi NKRI adalah harga mati.

Selamat buat Polri promoter (profesional, moderen dan terpercaya) yang akan berulang tahun ke-73. Terima kasih atas pengabdianmu. Kami bangga melihatmu bekerja dengan baik. Semoga Polri semakin  dicintai masyrakat. (Dr. Edi Hasibuan,  Direktur Eksekutif Lemkapi dan pakar hukum dan kepolisian Universitas Bhayangkara)


Artikel yang berjudul “Lemkapi: 73 Tahun, Bhayangkara Makin Matang” ini telah terbit pertama kali di:

Sumber berita

No comments